Jumat, 07 Desember 2012



Apakah google guru “Terbaik”???



Sebelum kita lanjutkan perbincangan seputar topik ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu Apa itu  goggle?

Google adalah salah satu media sosial yang terhubung  secara online melalui jaringan internet yang menyediakan berbagai macam informasi dan pencari endit bagi para penggunanya. 

Beberapa fakta seputar google..
  1. Semua orang dapat/ bebas memberikan informasi di google tanpa adanya batasan.
  2. kadang link yang kita cari tidak sesuai dengan keyword yang kita tulis.
  3.  Tidak semua informasi di google baik/ bermanfaat.
  4. Informasi di goggle butuh  analisa sebelum menelaah informasi tersebut untuk membuktikan informasi tersebut benar atau salah.
  5. Google bukan produk kita, produk asing. Sehingga kita harus berhati-hati dengan orisinalitas informasi yang diberikan, jangan ditelan mentah-mentah.
  6. Menciptakan karakteristik individu yang menyukai informasi yang instan.
  7.  Google bukan satu-satunya alat pencari data/ informasi.
  8.  Selain menampilkan gambar yang kurang pantas goggle juga menawarkan iklan yang menipu, seperti cara cepat menghasilkan uang, dll.
    Namun terlepas dari itu semua kita sebagai mahasiswa akademik senantiasa harus mencari data dan informasi dari berbagai sumber, salah satunya buku, google, pendapat para tokoh, ensiklopedia, dan lain sebagainya.

    Jadikan informasi google sebagai informasi awalnya saja, istilah dalam hukum yaitu belum keputusan, masih sekedar wacana. Saring informasi dari google, buku dan sumber informasi lainnya lalu konperensikan mana yang lebih falid.

   Setelah menelaah dari berbagai sudut pandang, google juga bisa berperan sebagai guru yang baik, namun tidak bisa jika dideklarasikan sebagai guru yang terbaik. Karena  untuk mendapatkan informasi yang utuh dibutuhkan  berbagai macam sumber ilmu pengetahuan.

Jadi dari pemaparan tersebut dapat kita tarik KESIMPULAN, bahwa:

Goggle lengkap, tetapi bukan yang terlengkap
Googgle sesuatu yang penting, tetapi bukan yang terpenting
Goggle guru yang baik, tetapi bukan yang terbaik



Kota Mulai Siaran Digital, Pelosok Sudah Digital dari Belasan Tahun Yang Lalu

Tahukah anda bahwa mulai tahun 2012 ini hingga maksimal tahun 2018, Pemerintah akan melarang siatan tv analog (siaran tv dari antena yang biasa kita tangkap) diganti ke format digital, memang perubahan ini akan membawa dampak yang bagus yang analog tv tidak bisa berikan.  Itulah kenapa pemerintah mulai berapa tahun ini kelihatan sibuk untuk menyiapkan era siaran tv digital di seluruh Indonesia.  Ada empat jenis Media siaran Digital yaitu :
  1. DVB T – Digital Video Broadcasting Terrestrial atau siaran digital yang disiarkan dari tower di daratan/terestrial dengan daya siar beberapa km dari tower, akan mulai diberlakukan di Indonesia. Dekoder DVB T adalah alat untuk menangkap sinyal digital, alat ini hanya diperlukan bagi tv yang masih analog (mayoritas tv yang ada di Indonesia masih analog jadi harus pakai alat ini)
  1. DVB S – Digital Video Broadcasting Satellite atau siaran digital yang disiarkan dari satelit dengan daya siar seluruh belahan bumi, sudah biasa dipakai di Indonesia khususnya penduduk di luar pulau jawa untuk menangkap siaran tv menggunakan parabola atau pelanggan Telkomvision, Yes TV, Aora TV, Indovision, Orange TV, YesTV, Okevision dan Top TV
  1. DVB H – Digital Video Broadcasting Handled atau siaran digital yang dipancarkan dari tower untuk diterima pada alat handled seperti HP yang dilengkapi TV digital, PC, dsb. Nokia n92 dilengkap teknologi penangkap DVB H - di Indonesia dikabarkan Tren mulai mengerjakan bisnis DVB H ini
  1. DVB C – Digital Video Broadcasting Cable atau siaran digital yang didistribusikan lewat kabel, jenis ini sudah dipakai di Indonesia khususnya oleh Firstmedia Home Cable di kawasan Jabodetabek. Firstmedia penyedia tv kabel dengan teknologi digital terbesar di Jakarta
Kelebihan TV Digital
  1. Gambar jernih seperti hasil gambar DVD bahkan dapat menampilkan siaran HD atau 5x hasil gambar DVD, sementara tv analog bersemut dan gambar bergoyang / berbayangbayang
  2. Suara lebih jernih tidak kemeresek seperti tv analog
  3. Dapat menampilkan data cuaca, suhu, acara tv yang sedang diputar, ringkasan acara dan informasi tambahan lain
  4. Menghemat spektrum gelombang jadi ibarat satu tempat cuma buat satu, kalau digital ini bisa buat rame rame sehingga channel yang didapat akan lebih banyak
  5. Lebih stabil dalam penerimaan dan pencitraan ke tv dibanding yang analog
Pemerintah akan menerapkan DVB T. tapi benarkah hal ini bisa membawa kesuksesan?
Kelemahannya :
1. Dari Pemerintah
  • saya nilai pemrintah terlalu lambat dalam menentukan keputusan, (mungkin yang menangani bukan ahli pertelevisian) sebagai contoh siaran digital sudah mulai direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu tapi sampai detik ini belum ada realisasi dan masih harus menunggu sampai ekonomi masyarakat siap yaitu pada tahun 2017 karena sampai saat ini berdasarkan kata pemerintah harga reciever DVB T (alat untuk menangkap siaran digital) masih mahal yaitu 300ribu lebih, tahukah anda bahwa receiver DVB S (sejenis dengan receiver DVB T) saat ini harganya hanya 100ribuan malah ada yang dibawah 100ribu.  jika pemerintah ada niat, masalah harga receiver yang DVB T jika diproduksi masal dan buatan dalam negeri maka hargaya akan dibawah 100ribu rupiah, tidak perlu menunggu tahun 2017, dari tahun 2010 pun bisa!
  • Beberapa kali dilakukan uji coba tv digital di jakarta, lalu set top box / alat penangkap siaran digital sudah dijual di pasaran jabodetabek dan sudah dibeli oleh konsumen, tapi berselang beberapa bulan acara tv digital sudah menghilang, masyarakat yang telah membeli alat tersebut akhirnya kembali menggunakan analog, lalu pemerintah kemana tanggung jawab dan penjelasannya?
  • Melihat negara tetangga sudah beralih ke digital bahkan Vietnam yang kita anggap miskin malah teknologi digitalnya sudah HD, Pemerintah dimana?
2.  Kondisi Geografis Indonesia yang luas dan bergunung-gunung menjadi penghalang siaran digital Terestrial
  • Dengan siaran TV digital yang dipancarkan dari tower pemancar memiliki kelemahan yaitu daya jangkau yang terbatas dan sinyal hilang jika terhalang gunung jadi tetap saja orang di kota besar yang akan menikmatinya, itulah yang selalu mejadi masalah pemancaran terestrial sampai detik ini baik pada siaran analog maupun digital, untuk mengatasi itu orang pelosok menggunakan parabola untuk menangkap siaran digital DVB S sejak 17 tahun yang lalu, makanya saya bilang di pelosok sudah digital dari dulu, kota malah belum.
  • Banyak masyarakat tinggal di tempat terpencil dan terpencar pencar mempersulit siaran DVB T untuk dinikmati setiap orang.  Anda tahu kenapa stasiun TV swasta nasional tidak membangun pemancar di area terpencil? Jelas motif ekonomi, stasiun tv itu tidak akan membangun tower transmisi di daerah yang dianggap tidak menguntungkan karena jumlah penduduk tidak memenuhi kriteria.  Seharusnya pemerintah kita mencontoh negara China yang kondisi terestrialnya seperti Indonesia, pemerintah menghimbau masyarakat untuk menggunakan parabola, tapi di Indonesia? Pemerintah malah mau memasukkan DVB T ke daerah pelosok? kira-kira tahun 2300 berapa kira-kira program ini akan masuk ke pelosok? Yang di Jabodetabek saja sampai saat ini belum beres apalagi di pelosok, belum lagi dana nya
Jadi intinya TV DIGITAL DVB T hanya cocok dipakai di kota besar, sementara di daerah terpencil maka akan tetap menggunakan DVB S (satelit), jadi pemerintah tidak perlu bingung dan buang dana karena sampai detik ini di pelosok sudah DIGITAL, betul kan pak?analoginya masak parabola yang dimiliki orang di pelosok yang sudah dapat menangkap ratusan channel Indonesia dan Internasional, lalu orang pelosok disuruh beli lagi alat yang hanya dapat menangkap 10 channel Indonesia, LUCU kan?



PENGERTIAN, SISTEM DAN DAMPAK TELEVISI DIGITAL


Di era teknologi digital saat ini telah berkembang suatu paradigma baru yaitu masyarakat yang disebut sebagai “Knowledge Based Society” atau masyarakat yang berbasis pada pengetahuan. Yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampunan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan.
Selain itu, di era teknologi digital ini telah terjadi konvergensi teknologi dalam media penyiaran (broadcasting), media telekomunikasi dan media teknologi informasi, misalnya siaran TV bisa dilihat di HP, siaran TV dilihat melalui internet, demikian juga dengan adanya penyiaran TV digital nantinya akses internet pun dapat melalui TV.

Pengertian Siaran TV Digital
Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Berdasarkan hasil survey dinyatakan bahwa saat ini penggunaan perangkat TV di Indonesia cukup tinggi dibandingkan media informasi lain, yaitu 55% dari seluruh jumlah keluarga di Indonesia itu memiliki TV atau terdapat 40 juta pemirsa TV, maka dapat dinyatakan bahwa media TV merupakan sarana yang paling tepat untuk digunakan sebagai distribusi dan diseminasi informasi di Indonesia.
Dengan keterbatasan alokasi frekuensi yang digunakan untuk penyiaran media TV, tentunya akan mengakibatkan jumlah informasi yang diperoleh masyarakat melalui siaran TV menjadi terbatas dan kurang berimbang. Hal inilah yang dijadikan pemerintah untuk untuk melakukan migrasi dari siaran TV Analog ke siaran TV Digital.
Selain alasan di atas, pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan:
Perubahan lingkungan eksternal, antara lain:
1.      Pasar TV analog yang sudah jenuh
2.      Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
Perkembangan teknologi, misalnya
1.      Teknologi pemrosesan sinyal digital
2.      Teknologi transmisi digital
3.      Teknologi semikonduktor
4.      Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi

Sistem Penyiaran TV Digital

Stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, mengedit, merekam dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan. Sistem transmisi digital melalui satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting Satellite).

TV digital mempunyai tiga sistem standart yaitu:
1.      DVT (Digital Television), sistem yang berlaku di Amerika;
2.      DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Eropa; dan
3.      ISDB-T (Integrated Services Digital Broadcasting Terrestrial), sistem yang berlaku di Jepang.

Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks beberapa program sekaligus. Secara teknik pita spectrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu, penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network) sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable, satellite, VCR, DVD players, camcorders, video games consoles) adalah dengan menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara Simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.

Dampak Penyiaran TV Digital
Dampak Positif
Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital antara lain:
1.      Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
2.      Pengurangan terhadap efek noise,
3.      Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
4.      mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
5.      Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak Negatif
1.      Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
2.      Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
3.      Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
4.      Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
5.      Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.