Jumat, 07 Desember 2012

Menjadi Komunikator Yang Islami



Komunikator yang Islami

            Islam sudah menganjurkan umatnya untuk berkomunikasi, landasan berkomunikasi dalam Islam:
  QS. Al Hujarat ayat 13 ” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling takwa diantara kamu sekalian”. Artinya Allah menyuruh kita untuk saling mengenal, mesipun berbeda suku, bangsa, budaya, warna kulit, dan sebagai manusia kita harus menjalin komunikasi yang baik. Allah juga menegaskan bahwa yang paling mulia di sisi Allah bukanlah yang paling kaya, yang paling cantik, yang paling pintar, dsbnya, namun yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
   Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka (H.R. Muslim).
            Aktifitas dakwah tidak terlepas dari proses komunikasi dan untuk mencapai keberhasilan komunikasi salah satunya ditentukan oleh komunikator (da’i). Sehingga untuk mencapai keberhasilan komunikasi tersebut diperlukan komunikator yang kompeten dan Islami. Tulisan ini membahas bagaimana menjadi komunikator yang Islami.
            Komunikator yang Islami adalah komunikator yang  bisa berkomunikasi dengan nilai-nilai yang islami, tidak sombong, hingga lisan tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata yang diucapkan dapat menyejukkan hati. Sehingga untuk menjadi komunikator yang islami seorang komunikator tersebut harus menjalankan  nilai-nilai yang islami, tidak sombong dan memperhatikan lisan agar tidak sampai menyakiti orang lain, namun sebaliknya setiap kata yang diucapkan dapat menyejukkan hati. Nilai-nilai islami dalam berkomunikasi tersebut sudah tertuang dalam Al Qur’an.
Komunikasi yang baik (nilai-nilai islami dalam berkomunikasi) dalam Al Qur’an:

  1. Qaulan sadida: perkataan yang jujur  (QS.An Nisa:9, QS. 33:70)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar (QS. An Nisa :9)
Qaulan sadida  menjelaskan bahwa pembicaraan komunikator harus benar (sesuai dengan Al Qur’an, sunnah dan ilmu), jujur, lurus (menuju kebaikan dan kemaslahatan), tidak bohong, dan tidak berbelit-belit.
  1. Qaulan baligha: membekas di Jiwa (QS An Nisa: 63)
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An Nissa :63).
Qaulan Baligha menjelaskan bahwa perkataan komunikator diharapkan dapat membekas pada jiwa, dengan menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke inti masalah (to the point), dan tidak bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas dan bahasa yang dimengerti komunikan. 

  1. Qaulan karima: perkataa  yang mulia (QS Al-Isra 23)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia. QS. Al-Isra: 23).
Qaulan karima berarti bahwa perkataan komunikator hendaklah mulia, sopan, santun penuh penghormatan dan penghargaan tidak menggurui dan tidak perlu pidato yang meledak-ledak. Dalam perspektif dakwah qaulan karima digunakan jika dakwah itu ditujukan kepada orang yang sudah usia lanjut.

  1. Qaulan layyina: perkataan yang lemah lembut (QS Thaha: 44, Ali Imran: 159)
 Dan berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,….”(Ali Imran ayat 159) 
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44). Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.
Qaulan Layina berarti bahwa perkataan komunikator hendaklah lemah-lembut dan penuh keramahan, dengan suara yang enak didengar sehingga dapat menyentuh hati.

  1. Qaulan maisuura : perkataan yang ringan (QS 17:28)
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
Maisura berasal dari kata yasr artinya mudah. Sebagai bahasa komunikasi, qaulan maisura artinya perkataan yang mudah diterima, ringan, pantas, dan tidak berliku-liku. Qaulan maisura berarti bahwa pesan yang disampaikan komunikator hendaklah  sederhana, mudah dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua kali. Pesan dakwah model ini tidak memerlukan dalil naqli maupun argumen-argumen logika.
 
  1. Qaulan ma’rufa : perkataan yang baik (QS An Nisa :5, 8, QS. Al-Baqarah :235, 263, Al-Ahzab: 32)
 “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
“Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi    Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).
Qulan Ma’rufa  berarti bahwa perkataan komunikator hendaklah mengandung kata-kata yang baik, bijak, dan tidak menyakiti perasaan komunikan

             7.   Tidak sombong

  —  Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku, yaitu kamu sekalian hendaklah bersikap tawadhu sehingga tidak ada seseorang bersikap sombong kepada yang lain, dan tidak ada seseorang menganiaya yang lain,” (Hr Muslim).
        Anas RA berkata,” Bila ada budak di Madinah memegang tangan nabi SAW, maka beliau pergi mengikuti kemana budak itu menghendaki”. (Hr Bukhari)
       Sungguh, sikap tawadhu benar-benar dicontohkan langsung oleh rasul, yang tidak membedakan status sosial kendati beliau adalah manusia yang paling mulia di dunia dan akhirat namun tetap menghargai seorang budak.
Hal diatas merupakan tuntunan bagaimana menjadi komunikator yang ilsami, yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai islami dalam berkomunikasi, serta meniru dan mengamalkan akhlak Rasulullah Saw.

0 komentar:

Posting Komentar