PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pers
Istilah pers berasal dari
bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti Press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiyah pers
berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication). Dalam
perkembangannya, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian
sempit dan pers dalam pengertian luas. Pers dalam arti sempit, hanya terbatas
pada media cetak, yakni surat kabar, tabloid, majalah, dan bulletin kantor
berita. Sedangkan pers dalam arti luas adalah pers yang bukan hanya menunjuk
pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik audio dan
media elektronik audiovisual yakni radio, telefisi, film, dan media internet.
Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers juga berarti institusi
penerbitan yang berawal dari penggunaan alat-alat cetak yang menggunakan teknis
press itu. Kini institusi pers tidak hanya meliputi kerja cetak mencetak atau
rekam merekam saja, melaikan juga meliputi seluruh aktivitas professional dalam
penyiapan bahan terbitan sampai dengan kegiatan penyebarluasan.
B. Pengertian
Pers Islam
Pers Islam adalah pers yang menyatakan dirinya sendiri Islam dan
menggunakan atribut formal Islam. Dengan demikian dalam makalah ini yang dimaksud dengan pers Islam
adalah penyiaran tercetak yang mengatasnamakan Islam, dikelola oleh umat Islam
dengan menggunakan prinsip-prinsip Islam baik dari segi redaksional, manajemen maupun
pengelolaannya, dan yang berisi ajaran Islam itu sendiri.
C. Karakteristik Pers Islam
Pers Islam merupakan salah
satu upaya dakwah Islamiyah, harus dapat dibedakan dengan pers pada umumnya.
Misalnya dari sisi ideal sebuah media, pers Islam harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1.
Pers Islam
sebagai upaya dakwah bil qalam yang
utama harus mengemban misi amar ma’ruf
nahi munkar.
2.
Menyebarkan
informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT.
3.
Berusaha
mempengaruhi khalayak agar berpihak sesuai ajaran Islam.
4.
Senantisa
menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan yang tidak islami
(pornografi dan pornoaksi).
5.
Mentaati kode
etik jurnalistik.
6.
Menulis dan
melaporkan yang dilakukan secara jujur, tidak memutarbalikan data dan fakta
yang ada.
D. Pers Islam di Indonesia
Jika dilihat
secara gamblang pers Islam di
Indonesia tidak berjalan secara profesional atau belum ada yang berjalan secara
profesional. Baik dilihat dari segi pemasaran, maupun manajemennya. Meskipun masyarakat
Indonesia mayoritas Muslim, namun eksistensi pers umum lebih dominan daripada
pers Islam. Menurut Dja’far H Assegaf, faktor yang mengakibatkan lemahnya dan
terpinggirkannya pers Islam antara lain sebagai berikut:
1.
Kurang dan
lemahnya dukungan dana.
2.
Lemahnya
manajemen akibat atau kurang profesionalnya pengelola, sehingga gaya bahasa,
teknik penulisan, pemilihan dan pemilahan topik serta tampilan produk yang
kurang menarik perhatian dan minat pembaca.
3.
Masih lemahnya
kesadaran informatif umat Islam akan masalah-masalah keislaman. Mereka lebih
tertarik informasi non Islam atau lebih senang membaca atau membeli pers umum
daripada pers Islam.
Dan beberapa survei
yang mengungkap, bahwa yang menjadi faktor penghambat perjalanan pers Islam di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Masalah rendahnya
kesadaran umat Islam akan informasi berkaitan dengan tingkat pendidikan umat
Islam, sebagai penduduk mayoritas Indonesia.
2.
Trauma Historik-ideologis.
Artinya sederetan peristiwa yang menamakan dirinya gerakan Islam, seperti
peristiwa Darul Islam di Jawa Barat dan sebagainya yang terjadi waktu silam.
Secara psikologis dan idio-kultural menyebabkan tumbuhnya sikap dan perasaan
takut, cemas dan khawatir pada umat Islam sehinnga menjadikan sikap untuk
hati-hati dan tertutup dalam sepak terjangnya.
3.
Masalah dana.
Banyak pers Islam yang beroperasi dengan dana seadanya, bahkan beberapa pers
Islam mengaku bahwa kehidupan surat kabar mereka sangatlah tergantung pada
sumbangan pribadi, tokoh-tokoh, donatur dan pengusaha Muslim yang bersimpati.
4.
Masalah
manajemen dan sumber daya. Rata-rata media massa Islam yang masih mengandalkan
menajemen dan pemasaran modern yang belum dipraktekkan oleh sebagian besar
pengelola pers Islam. Proses rekruitmen sumber daya manusianya sangat
menghawatirkan. Mengingat motif idealisme lebih menentukan dari pada motif
profesionalisme dalam perekrutan seseorang menjadi wartawan atau reporter.
5.
Mengenai penyajian
beritanya. Beberapa pemerhati dan pembaca media massa Islam mengeluhkan adanya
kecenderungan yang berlebihan dalam menyajikan berita-berita yang bersifat
menggugah. Sehingga berita lebih mengedepankan kesadaran emosional ketimbang berita-berita
yang menyentuh rasionalitas. Selain itu rendahnya kualitas media massanya dalam
hal penulisan, bahasa, dan daya tarik lainnya. Akibatnya peminat media massa
Islam tidak berkembang.
Melihat realita
tersebut, menuntut pengembangan profesionalisme pers Islam di Indonesia, sehingga
masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan dari pers Islam di
Indonesia, khususnya dalam pengaktualisasikan dan kemampuan menangkap angel (penyokong pergerakan) yang tepat
serta keterbukaan pers Islam menerima kekurangan yang ada, yang juga dapat
berarti menerima perkembangan kehidupan modern yang disesuaikandengan agama dan
budaya bangsa Indonesia. Sehingga dapat tercipta kondisi pers Islam, yang
sehat, aspiratif, professional dan kondusif bagi dinamika perkembangan umat
Islam di Indonesia dan tentunya agar dikonsumsi (dibaca, didengar dan dilihat)
serta disukai oleh khalayak.
Bila dilihat
dari segi potensi umat Islam di Indonesia, terutama jumlahnya yang besar, maka
media pers Islam sebenarnya memiliki peluang relatif cerah. Namun demikian,
sudah barang tentu peluang cerah tersebut adalah tergantung pada bagaimana cara
pengelolaan media massa Islam itu sendiri. Diantaranya adalah menyangkut idealisme
yang diembannya, disamping tergantung pada bagaimana manjemen yang ditetapkannya
sesuai dengan kondisi sosial dan budaya pembacanya. Maka dari itu, untuk
menunjang eksistensi pers Islam di Indonesia, pers Islam selain harus dikelola
secara professional, hendaknya mampu memerankan diri sebagai “media dan corong”
kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Jakarta:
PT Logos Wacana Ilmu.
Assegaf, Dja’far H. 1985. Jurnalistik
Masa Kini : Pengantar Kepraktik Kewartawanan.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Effendy, Onong Uchyana. 1995. Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek, cet. IX. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik
Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
0 komentar:
Posting Komentar